gaji

Kenyataan Pahit: Gaji Habis untuk Ongkos Pulang Pergi

Hidup dan bekerja di ibu kota bukan hanya soal kemacetan dan tekanan kerja, tapi juga beban ongkos transportasi yang tak kalah menyakitkan. Bagi banyak pekerja yang tinggal di kawasan penyangga seperti Bekasi, Depok, Bogor, hingga Cikarang, gaji mereka perlahan terkikis hanya untuk biaya pulang pergi ke kantor.

Dua pekerja muda, Rifaldo (26) dan Raju (27), berbagi pengalaman soal beratnya ongkos transportasi harian yang mereka tanggung sebagai pekerja commuter di Jakarta.


Rifaldo: Rp 38 Ribu Sehari, Status Kerja Belum Tetap

Bekerja di kawasan Blok M, Rifaldo harus melalui perjalanan panjang dari Bekasi dengan kombinasi bus, LRT, dan MRT setiap hari kerja.

“Dari rumah naik bus, lanjut LRT sampai Duku Atas, lalu sambung MRT ke Blok M,” ujarnya saat ditemui di Stasiun Sudirman.

Setiap hari, ia mengeluarkan minimal Rp 38.000 untuk perjalanan. Dalam sebulan, angkanya bisa tembus Rp 912.000, belum termasuk bila ia harus pulang malam dan terpaksa naik ojek online seharga Rp 28.000.

Yang lebih menyulitkan, statusnya masih peserta pelatihan, sehingga gaji yang diterima belum sesuai UMR Jakarta.

“Gajinya belum penuh, belum tetap. Belum bisa nabung, hampir semua buat transport,” keluh Rifaldo.


Raju: Ongkos Sehari Rp 50 Ribu meski Bawa Motor Sendiri

Cerita serupa datang dari Raju, karyawan asuransi yang tinggal di Cikarang dan bekerja di Jakarta Selatan. Ia lebih memilih naik motor ke stasiun, lalu lanjut kereta ke Sudirman dan berjalan kaki ke kantor.

“Paling tidak habis Rp 50.000 per hari. Kalau dihitung sebulan bisa sampai Rp 1 juta,” ungkapnya.

Meski tidak banyak berganti moda transportasi, biaya bensin dan parkir tetap tinggi.

Baca Juga: ODGJ Masuk Rumah Warga dan Minta Uang di Bogor, Kini Diamankan dan Dirujuk ke RS Jiwa


Data BPS dan World Bank: Beban Transportasi Melebihi Batas Ideal

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), biaya transportasi di Indonesia secara rata-rata menyumbang 12,46% dari total biaya hidup. Padahal, menurut World Bank, batas idealnya adalah maksimal 10%.

Beberapa kota bahkan jauh melampaui ambang batas tersebut:

  • Bekasi: Rp 1,9 juta/bulan (14% dari biaya hidup)

  • Depok: Rp 1,8 juta/bulan (16,3%)

  • Surabaya: Rp 1,62 juta/bulan (13,61%)

  • Jakarta: Rp 1,59 juta/bulan (11,8%)


Kemenhub: Masalahnya Ada di Integrasi Transportasi

Dirjen Integrasi Transportasi dan Multimoda Kemenhub, Risal Wasal, menyebut akar masalah utama dari mahalnya biaya ini adalah belum terintegrasinya sistem transportasi publik secara menyeluruh.

“Transportasi kita masih banyak yang berdiri sendiri-sendiri. Integrasi antarmoda harus jadi prioritas,” ujarnya dalam diskusi di Kantor Kemenhub, Kamis (31/7/2025).


Kesimpulan: Perlu Solusi Struktural, Bukan Sekadar Subsidi

Ongkos transportasi yang menggerogoti gaji pekerja menjadi masalah struktural yang memerlukan kebijakan integratif, bukan sekadar subsidi harga. Tanpa perubahan signifikan dalam tata kelola transportasi perkotaan, jutaan pekerja akan terus “bekerja hanya untuk bisa bekerja kembali esok hari”.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *