Benjamin Netanyahu

Serangan Israel Memicu Ketegangan Baru di Suriah Selatan

Militer Israel kembali meluncurkan serangan udara ke wilayah Suriah, dengan dalih intervensi dalam konflik internal negara tersebut. Aksi militer ini menyasar sejumlah titik strategis, termasuk gedung Kementerian Pertahanan Suriah di Damaskus serta wilayah selatan Suriah yang menjadi basis kekuatan pemerintah.

Serangan turut menghantam area sekitar Istana Presiden, kendaraan lapis baja bersenjata, hingga fasilitas penyimpanan senjata. Eskalasi ini memicu kemarahan berbagai pihak, termasuk Indonesia.


Pernyataan Sikap Tegas dari Pemerintah Indonesia

Melalui Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI), pemerintah menyatakan kecaman keras atas tindakan Israel yang dianggap melanggar kedaulatan Suriah.

“Indonesia mengecam intervensi militer Israel yang tidak menghormati wilayah kedaulatan Suriah,” ujar pernyataan resmi Kemlu RI pada Kamis (17/7/2025).

Indonesia juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi di Sweida, di mana korban sipil dilaporkan terus bertambah akibat bentrokan antara kelompok bersenjata.


Dorongan Indonesia untuk Gencatan Senjata dan Dialog Damai

Indonesia menegaskan pentingnya penyelesaian konflik melalui jalur damai, serta mendesak terwujudnya gencatan senjata permanen antara Pemerintah Suriah dan kelompok Druze, yang terlibat langsung dalam bentrokan bersenjata di wilayah tersebut.

“Kami terus mendukung segala upaya Pemerintah Suriah untuk menciptakan perdamaian menyeluruh di seluruh wilayahnya,” tegas Kemlu.

Indonesia juga mendorong dialog inklusif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Suriah sebagai bagian dari solusi jangka panjang.


Netanyahu Klaim Lindungi Komunitas Druze

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membela serangan militer dengan alasan untuk melindungi komunitas Druze, yang katanya berada dalam bahaya akibat tindakan rezim Suriah.

“Kami ingin menyelamatkan saudara-saudara Druze kami dan melenyapkan geng-geng dari pihak rezim,” ungkap Netanyahu dalam pernyataannya.

Ia juga menyebut bahwa banyak komunitas Druze tinggal di wilayah Israel dan Dataran Tinggi Golan yang saat ini diduduki.


Bentrokan Berdarah: Lebih dari 350 Korban Jiwa

Menurut data terbaru yang dirilis oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), konflik di provinsi Sweida, Suriah selatan, telah menewaskan lebih dari 350 orang sejak akhir pekan lalu.

Rincian korban tewas meliputi:

  • 79 petempur Druze

  • 55 warga sipil, termasuk 27 orang yang dieksekusi secara singkat oleh aparat Kementerian Pertahanan dan Dalam Negeri Suriah

  • 189 personel militer Suriah

  • 18 petempur dari suku Badui

SOHR sebelumnya memperkirakan jumlah korban mencapai 300 orang, namun data terbaru menunjukkan eskalasi kekerasan yang lebih parah.


Penutup: Seruan Indonesia untuk Menjaga Stabilitas Regional

Dengan semakin memburuknya situasi di Suriah, Indonesia menyerukan semua pihak untuk menghentikan kekerasan dan menghormati hukum internasional, termasuk prinsip kedaulatan negara. Jakarta kembali menegaskan pentingnya solusi politik damai yang melibatkan semua pihak, demi menjaga stabilitas kawasan Timur Tengah dan mencegah tragedi kemanusiaan yang lebih luas.

Baca Juga: JETE Luncurkan Kamera Video Conference Bersertifikat TKDN

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *