Trump Ancam Deportasi Elon Musk, Ini Dampak Buruknya bagi AS
Jakarta – Ketegangan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pengusaha teknologi Elon Musk kembali mencuat. Trump secara terbuka mengisyaratkan kemungkinan mendeportasi CEO Tesla dan SpaceX itu ke Afrika Selatan, tempat kelahirannya. Sontak, hal ini memicu kekhawatiran luas mengenai potensi kerugian besar bagi AS jika Musk benar-benar dipaksa angkat kaki.
Trump Sindir Musk Soal Subsidi dan Kewarganegaraan
Dalam wawancara pada Selasa (1/7/2025), Trump menyatakan, “Saya tidak tahu. Kita harus memeriksanya,” ketika ditanya soal kemungkinan deportasi Musk. Ia menambahkan melalui media sosial bahwa Elon Musk “mungkin menerima subsidi paling banyak dibandingkan manusia mana pun sepanjang sejarah.”
Elon Musk sendiri menjadi warga negara Amerika pada tahun 2002. Komentar Trump ini diyakini banyak pihak lebih bersifat politis ketimbang kebijakan nyata, namun implikasinya tetap serius.
Jika Elon Musk Dideportasi, AS Bisa Kalah dari China
Menurut pakar sejarah dan sosiologi Dr. Rainer Zitelmann, keberadaan Musk sangat vital dalam mempertahankan dominasi teknologi luar angkasa Amerika Serikat. Ia mencatat, pada tahun 2024, dari total 261 misi antariksa global, sebanyak 134 di antaranya dilakukan oleh SpaceX.
Jika SpaceX adalah sebuah negara, maka peluncuran mereka melebihi jumlah peluncuran China (68), Rusia, atau negara lainnya. Dari 12.952 satelit aktif di orbit, 8.530 milik AS, dan 7.855 di antaranya adalah milik Starlink, proyek Musk.
Subsidi atau Kontrak Strategis?
Trump menyebut subsidi besar diberikan ke Musk, namun Zitelmann menjelaskan bahwa “subsidi” tersebut sebagian besar adalah kontrak pemerintah seperti NASA dan Departemen Pertahanan yang menggunakan layanan SpaceX karena efisiensi dan keandalannya.
Tanpa layanan SpaceX, AS akan lebih mahal dan lambat dalam pengembangan teknologi luar angkasa, membuka peluang China melampaui mereka dalam perlombaan teknologi global.
Keunggulan Teknologi SpaceX Tak Tergantikan
SpaceX memimpin dalam pengembangan roket yang dapat digunakan ulang, seperti Falcon 9, yang mampu memangkas biaya peluncuran secara signifikan. Ambisi Musk untuk ke Mars juga menjadi harapan besar bagi masa depan eksplorasi manusia di luar angkasa.
Kesimpulan
Jika Trump benar-benar mendorong deportasi Elon Musk, dampaknya tidak hanya pada sosok Musk, tetapi juga pada posisi strategis Amerika dalam bidang teknologi, pertahanan, dan antariksa. Para pengamat menilai, ini bisa menjadi kesalahan historis yang merugikan kepentingan jangka panjang negara tersebut.
Apapun hasilnya, polemik ini menambah daftar panjang ketegangan politik AS menjelang Pilpres 2026.